Seminar COMPFEST X: How to Cultivate Data Driven Culture in Your Business

Pada hari Minggu kemarin (24/9) telah diselenggarakan seminar COMPFEST X yang bertema “How to Cultivate Data Driven Culture in Your Business.” Pada seminar kali ini, COMPFEST X mengundang tiga narasumber yang tentunya sudah sangat berpengalaman di bidangnya, yaitu Ardya Dipta Nandaviri (Senior Data Scientist GO-JEK), Yuandra Ismiraldi (Head of Cloud Bukalapak), dan Fajar Jaman (Co-Founder IYKRA)

COMPFEST X, Depok – Halo teman-teman Futurist! Pada hari Minggu kemarin (24/9) telah diselenggarakan seminar COMPFEST X yang bertema “How to Cultivate Data Driven Culture in Your Business.” Pada seminar kali ini, COMPFEST X mengundang tiga narasumber yang tentunya sudah sangat berpengalaman di bidangnya, yaitu Ardya Dipta Nandaviri (Senior Data Scientist GO-JEK), Yuandra Ismiraldi (Head of Cloud Bukalapak), dan Fajar Jaman (Co-Founder IYKRA).

Seminar dibuka oleh Kak Hizkia Febianto (Data Scientist Teradata) selaku moderator dari seminar ini pada pukul 13:00. Kak Hizkia pertama-tama menjelaskan overview dari materi yang ada dengan memberi materi mengenai arti dari data. Lalu Kak Hizkia menjelaskan apa sebenarnya arti dari Data Driven Culture. Setelah itu, barulah Kak Hizkia mulai memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh masing-masing narasumber.

Masing-masing narasumber menjawab berbagai pertanyaan yang diberikan. Mulai dari ciri-ciri perusahaan yang sudah menerapkan Data Driven Culture, berapa banyak perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan Data Driven Culture, dan berbagai pertanyaan lainnya. Kak Dipta, Kak Andra, dan Kak Fajar menjelaskan bagaimana menggunakan data yang tersedia dengan optimal, bagaimana data dapat membantu suksesnya sebuah perusahaan, dan masih banyak lagi. Menurut mereka, sangat penting untuk menanamkan rasa curiosity yang besar agar Data Driven Culture dapat diimplementasikan. Keputusan tidak bisa berdasarkan firasat atau dengan menerka, melainkan harus didasari oleh data yang valid.

Diskusi ini terus berlangsung hingga pukul 13:35, dimana Kak Hizkia membuka sesi tanya jawab untuk dua peserta seminar. Narasumber kemudian kembali menjelaskan mengenai privasi data dan etika perolehan data di Indonesia dan perusahaannya masing-masing. Data yang ada terjamin rahasianya dan tidak diakses secara menyeluruh, hanya data yang dibutuhkan saja. Diskusi kemudian berlanjut hingga pukul 13:50, dimana sesi tanya jawab dibuka kembali.

Seminar ditutup oleh Kak Hizkia pada pukul 14:05. Masing-masing narasumber mendapatkan plakat dan sertifikat sebelum meninggalkan ruangan seminar.

Ikuti perjalanan COMPFEST X melalui media sosial kami di Instagram @COMPFEST, Twitter @COMPFEST dan situs utama kami compfest.web.id. (Press/Nabila)

Seminar COMPFEST X: How Artificial Intelligence Changes Our Lives

Mau tahu seberapa canggih kerja artificial intelligence dalam membantu kehidupan kita? Yuk intip cuplikan seminar COMPFEST X di Auditorium Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, Minggu (23/9) kemarin!

COMPFEST X, Depok – Halo Futurist! Pada Minggu (23/9) telah dilaksanakan seminar COMPFEST X dengan judul “How Artificial Intelligence Changes Our Life” di Auditorium Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia . Pada seminar kali ini, ada tiga pembicara yang mengisi sesi seminar, yaitu Matthew Tanudjaja (Lead Global Engineer at LINE), Diatce G. Harahap (CEO BJtech), dan Faris Rahman (CTO Nodeflux). Seminar kali ini dimoderatori oleh Rezka A. Leonandya, Msc. Artificial Intelligence, University of Amsterdam.

Sesi pertama dibuka oleh Pak Diatce G. Harahap dengan topik “How Artificial Intelligence affects business.” Sebagai CEO dari BJtech, Pak Diatce menjelaskan bahwa BJtech adalah platform chatbot yang berbentuk form based. BJtech melihat peluang bisnis dari kecenderungan penjual yang tidak mau menggunakan chatbot karena merasa rumit, sehingga BJtech membantu dengan membuat platform chatbot yang lebih dimengerti para penjual. BJtech memiliki beberapa fitur, diantaranya live agent, form based, analytic, dan push email.

Pak Diatce juga menjelaskan tentang keterkaitan Artificial Intelligence dengan data analyst dan scientist. Dasar dari Artificial Intelligence adalah memahami preferensi masyarakat terhadap suatu hal, dan hal ini dapat dibentuk menjadi data. AI juga berguna sebagai marketing tools, lho! AI dapat menyaring terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan user, dan pertanyaan tersebut selanjutnya diolah menjadi frequently asked questions yang dapat dianalisa sendiri oleh AI. Selain itu, keuntungan dari menggunakan AI pada bisnis adalah pertumbuhan user dan cost tidak linear, sehingga saat pengguna dari chatbot semakin tinggi, cost yang dikeluarkan tetap.

Sesi selanjutnya diisi oleh Pak Matthew Tanudjaja dengan topik “Chatbot in Daily Life: The Future is Here.” Menurut Pak Matthew, ada 3 poin utama bagi seseorang yang ingin membuat chatbot, yaitu memberi insight tentang keadaan di sekitar (dapat dilakukan lewat pengetahuan mengenai cuaca dan pendidikan), chatbot yang meningkatkan produktivitas (misalnya lewat reservasi restoran), dan chatbot yang digunakan untuk entertainment (misalnya game atau multimedia).

Setelah itu, Pak Faris Rahman memulai bagiannya dalam seminar COMPFEST X ini dengan topik “Intelligence Video Analytics.” Pak Faris banyak bekerja di industry solution seperti smart city, security, advertising, dan toll management. Lewat perangkat video (seperti CCTV), Pak Faris bisa mendapatkan data seperti umur, jenis kelamin, dan insight lainnya dari video tersebut karena AI.

Kecanggihan ini juga dapat membantu dalam meningkatkan keamanan negara. Saat Asian Games bulan Agustus kemarin, Nodeflux membantu Polri dengan menciptakan tools yang dapat mendeteksi wajah (Facial Recognition),  sehingga saat ada ancaman terorisme, dapat diketahui dengan cepat siapa pelakunya. Tools ini menyimpan sekitar 180 juta data WNI dari E-KTP. Birokrasi untuk mengumpulkan 180 juta E-KTP tersebut cukup sulit. Pak Faris mengaku bahwa dibutuhkan waktu yang cukup lama karena ada undang-undang yang harus di-review.

Nah, banyak banget, kan, kegunaan Artificial Intelligence di kehidupan kita? Untuk para Futurist, tetap semangat dalam menggali Artificial Intelligence, ya, karena COMPFEST yakin di masa depan perkembangan teknologi pasti akan jauh lebih hebat lagi!

Ikuti terus perjalanan COMPFEST X melalui media sosial kami di Instagram @COMPFEST, Twitter @COMPFEST, dan situs utama kami compfest.web.id. (Press/Puspa)

 

Seminar COMPFEST X : Product Management as a Career Path

Pada hari Sabtu (23/9) kemarin telah diselenggarakan seminar COMPFEST X yang bertema “Product Management as a Career Path.” Pada seminar kali ini, COMPFEST X mengundang Malik Krishna (Senior Technical Program Manager di Bukalapak) sebagai pembicara. Yuk intip keseruannya!

COMPFEST X, Depok – Halo Futurist! Pada hari Sabtu (23/9) kemarin telah diselenggarakan seminar COMPFEST X yang bertema “Product Management as a Career Path.” Pada seminar kali ini, COMPFEST X mengundang Malik Krishna (Senior Technical Program Manager di Bukalapak) sebagai pembicara. Mas Krishna sendiri sudah berpengalaman dalam dunia pekerjaan selama kurang lebih lima tahun, meskipun tiga tahun pertama karirnya bukan di bidang Product Management.

Mas Krishna memulai seminar dengan menyampaikan apa yang dimaksud dengan Product Management. Ternyata, bidang ilmu ini sebenarnya merupakan gabungan dari tiga aspek ilmu yaitu UX (User Experience), Teknologi, dan Bisnis. Seorang Product Manager (PM) berperan untuk menentukan produk apa yang akan dikeluarkan oleh suatu industri. Seorang Product Manager juga membantu para engineer untuk menentukan dan membuat produk apa saja yang akan berguna untuk user. Secara bisnis, Product Manager juga yang menjembatani antara user dan company. Ternyata peran Product Manager sangat penting di dalam perusahaan ya!

Kemudian, Mas Krishna membahas tentang karir seorang Product Manager. Karir tersebut bisa bermacam-macam mulai dari product manager, senior product manager, hingga technical product manager. Dalam sebuah tim, semua jabatan pekerjaan tersebut diperlukan. Mas Krishna juga membahas prospek kerja untuk fresh graduate di bidang Product management, yaitu sebagai bagian associate product managet, setelah setahun dua tahun mendapatkan pengalaman, barulah menjadi Product Manager. Mas Krishna juga menekankan bahwa dalam menempuh karir, hal terpenting yang dibutuhkan oleh seorang Product Manager adalah pengalaman. Menurut Mas Krishna, Product Management adalah ilmu yang tidak konkrit, untuk menjalankan karir dibidang ini diperlukan adanya sense dan pengalaman di dunia bisnis untuk memenuhi kebutuhan user. Dalam product management, best practice setiap perusahaan juga berbeda. Artinya, strategi yang berhasil digunakan di satu perusahaan, belum tentu berhasil di perusahaan lain. Hal ini juga yang membuat ilmu product management menjadi ilmu yang umumnya tidak memiliki guidance yang pasti.

Dalam menempuh karir, seorang Product Manager memerlukan banyak pengalaman, melihat dari tidak adanya textbook atau ilmu lain yang menjadi acuan. Seorang Product Manager juga memerlukan business sense yang kuat, dibarengi dengan pengertian di bidang teknologi serta UX (User Experience). Bagaimana, Futurist? Apakah kalian tertarik untuk mempelajari ilmu product management dan siap menjadi Product Manager selanjutnya?

Ikuti perjalanan COMPFEST X melalui media sosial kami di Instagram @COMPFEST, Twitter @COMPFEST dan situs utama kami compfest.web.id. (Press/Saffa)

Seminar COMPFEST X: How Does it Feel Like to be the CEO

Indonesia diketahui sebagai peringkat 4 negara dengan jumlah Startup terbanyak di dunia. Startup biasanya dibuat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat di dunia marketing. Dibalik Startup ada sebuah jabatan penting selayaknya peran nahkoda kapal bagi kapalnya, yaitu CEO. Akan banyak sekali suka dan duka menjadi seorang CEO, ingin tahu? Baca cerita selengkapnya!

COMPFEST X, Depok – Pada hari Sabtu (23/09), di Auditorium Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia, telah berlangsung kegiatan Seminar COMPFEST X yang berjudul “How Does it Feel Like to be the CEO” yang mengundang 3 orang pembicara, yaitu Vincent Henry Iswaratioso sebagai CEO DANA Indonesia, Muhammad Shiddiq Aziz sebagai Founder dan CEO Inagri, dan juga Aoura Lovenson Chandra selaku CEO Famous.ID. Selain itu, seminar ini dimoderatori oleh Tara Mecca Luna, Professional MC and public speaking trainer. Seminar yang dimulai pukul 10.00 ini merupakan seminar pertama dari rangkaian 10 seminar di COMPFEST X.

Banyak sekali pengunjung yang penasaran mengenai apa yang dilakukan para pembicara  setelah menemukan ide untuk Startup mereka. Pak Vincent menjelaskan bahwa setelah dia menemukan ide untuk Startupnya pada saat itu, yang dia lakukan berikutnya adalah  bertukar wawasan dengan orang-orang disekitarnya, setelah beliau bertukar wawasan, beliau maju terus untuk membentuk Startup miliknya sendiri.

“Menurut saya menjadi Startup itu adalah sesuatu yang sangat membanggakan. Kamu akan menoleh ke belakang untuk melihat kerja kerasmu terbayarkan dengan hasil saat ini. Namun, kerja keras itu belum berakhir, harus ditambah setiap harinya, karena di setiap harinya pula kamu akan memikirkan, ‘Apa yang Startup saya butuhkan untuk bisa bersaing di dunia perindustrian saat ini?’” tutur Pak Vincent.

Menurut Pak Aoura, tidak ada template ataupun resep yang harus dilakukan saat ide untuk Startup terbentuk. Setiap orang memiliki cerita yang berbeda untuk memulai Startup mereka.

“Memulai masih dapat kita lakukan, tapi menjalaninya itu yang harus kita pikirkan. Dikarenakan saat itu kita memikul tanggung jawab terhadap karyawan, juga customer yang percaya pada perusahaan kita,” ujar Pak Aoura.

Lalu, apa modal terpenting bagi perusahaan itu? Ketiga pembicara menjawab 3 hal, yaitu core values, intangible assets dan capabilities. Di sini core values adalah hal yang sangat dilihat oleh orang lain, jadi penting untuk memiliki core values yang kuat. Didukung dengan tim yang hebat dan berkapabilitas tinggi, sebuah perusahaan akan mampun bertahan selama 10 atau 20 tahun ke depan.

“Menjadi CEO itu bukan hal yang mudah, menyenangkan disaat kamu dapat mengubah hal di dalam perusahaan tersebut. Tapi kamu tidak bisa menjadi seseorang yang suka mengeluh maupun seorang pengecut. Kamu harus menjadi problem solver. Saat perusahaan menjadi tidak stabil atau tidak berjalan dengan baik, maka itu adalah tanggung jawab seorang CEO,” ucap Pak Shiddiq ketika ditanya bagaimana rasanya menjadi CEO.

Pak Shiddiq melanjutkan, “Sangat sulit untuk tidur hampir setiap malam dalam seminggu. Akhir pekan tidak berarti apa-apa lagi bagi Anda. Banyak sekali hal yang harus anda pikirkan agar keberlangsungan perusahaan terus belanjut. Tapi hal itu juga diselingi dengan kebahagiaan para pegawai, kepuasaan para customer dan itu adalah hal yang biasanya CEO rasakan di tiap harinya.”

Seminar diakhiri dengan sesi tanya jawab dari peserta seminar dan pemberian plakat serta sertifikat dari COMPFEST X kepada para pembicara dan moderator.

Ikuti perjalanan teknologi dan COMPFEST X melalui media sosial kami di Instagram @COMPFEST, Twitter @COMPFEST dan situs utama kami compfest.web.id. (Press/Jasmine)

Seminar CompFest 9: How to Win at Social Media

Kini menggunakan media sosial untuk mendukung proses bisnis menjadi pilihan banyak orang. Media sosial yang memiliki channel-channel tersendiri dapat mempromosikan dan meningkatkan penjualan apabila dimanfaatkan dengan tepat. Bagaimana caranya?

CompFest 9, Jakarta-Telah berlangsung Seminar  CompFest 9 yang berjudul “Empowering Your Business with Social Media”  oleh Aris Munandar selaku Business Development dari mamo.id bertempat di Balai Sudirman, Tebet, Jakarta Selatan. Seminar yang dimulai pukul 15.40 ini merupakan seminar terakhir dari rangkaian kesebelas Seminar CompFest 9. Masih berada di sudut ruangan, seminar dihadiri oleh banyak pengunjung. Dibuktikan dengan seluruh kursi yang terisi penuh. Seminar ini juga dipandu oleh Muhammad Hassam selaku moderator.

 

Banyak pengunjung yang antusias terhadap tema seminar kali ini, yaitu bagaimana cara memaksimalkan bisnis melalui media sosial. Aris menjelaskan diawal seminarnya, bahwa suatu bisnis harus memberikan value kepada konsumen, bukan hanya sekedar awareness saja. Saat ini banyak orang salah kaprah menggunakan media sosial  hanya untuk menggali awareness, bukannya memberikan value. Dari situlah peran media sosial menjadi tidak maksimal dalam proses bisnis.

DLCxMlPUIAAyZ3N

 

Dalam seminarnya, Aris menjelaskan tentang tiga cara untuk menang di media sosial. Pertama, “Understand how you communicate”. Pahami cara seperti apa yang akan dilakukan untuk berkomunikasi dengan followers. Apakah dengan membuat video, foto atau audio. Kunci kesuksesan dari suatu bisnis adalah konsistensi startegi dan target pasar. Akan lebih baik jika konten yang diberikan itu sifatnya konsisten karena konten dan target yang terus berubah-ubah bukanlah hal yang baik, orang cenderung bosan dengan tipe-tipe seperti itu.

 

Kedua, “Produce content for your audience, not for yourself”. Setelah membuat konten-konten yang konsisten, pastikan lagi apakah konten tersebut bisa diterima oleh konsumen atau justru hanya bisa dipahami oleh kita. Ketiga, “Be contextual to each social media platform”. Gunakan media sosial sesuai konteksnya. Pahami dulu perbedaan dan ciri khas dari tiap-tiap media sosial. Linkedin, Instagram, Facebook, dan Twitter tentunya memiliki fungsi yang berbeda-beda. Selain itu fokuslah terhadap suatu platform. Aplikatif terhadap berbagai platform itu baik, tapi itu justru terkadang kurang efektif untuk bisnis pemula. Apabila di suatu platform sudah stabil, maka mulailah merambah ke platform yang lain.

DLCxTpMVoAASeDo

 

Saat sesi tanya jawab, dibahas juga tentang “Bagaimana Cara Menaikan Followers di Instagram” yang membuat semua peserta menjadi fokus. Di antaranya yang pertama, foto harus eye catching yaitu dengan merapikan feeds. Kedua, bermainlah hashtag. Gunakan hashtag yang sedang booming dalam setiap foto bisa dengan mengambil top trending hashtag dari Twitter. Ketiga, perbanyak judgement atau balaslah setiap komentar yang masuk karena itu akan membuat akun kita direkomendasikan pada menu explore orang lain.

 

Selain itu, sebenarnya media sosial juga memiliki channel-cheannel sendiri yang dapat mempromosikan suatu bisnis. Di antaranya soal friend recommendation. Percaya tidak percaya, friend recommendation ini terbukti lebih efektif dibanding promosi yang dilakukan oleh artis-artis dengan jumlah followers atau likes fantastis. Orang justru lebih tertartik terhadap suatu produk yang juga disukai oleh temannya sendiri. Seminar diakhiri dengan pemberian plakat kepada pembicara dan moderator. Para peserta mendapatkan insight baru tentang media sosial. Pantau terus rangkaian acara CompFest 9 melalui lini masa kami di Facebook @CompFest, Twitter @compfest, dan situs utama kami di compfest.web.id. (Press/Ervina)

Seminar CompFest 9: Develop Your Business Like No Other

Pada Minggu (1/10), telah berlangsung hari kedua Main Event CompFest 9. Pada pukul 10.30, dibukalah Seminar “Develop your Bussiness Like No Other” oleh Didi Diarsa selaku Founder dari KAYUH dan Co-Founder Codemargonda.

CompFest 9, Jakarta Selatan-Minggu (1/10), hari kedua Main Event CompFest 9 telah dimulai, pengunjung yang hadir juga sudah semakin ramai. Tidak terkecuali para peserta seminar. Seminar yang bertajuk Develop your Bussiness Like No Other dibuka pukul 10.30 WIB untuk registrasi peserta. Kegiatan dibuka oleh MC dan presentasi sponsorship dari CompFest 9, yaitu Accenture. Accenture sendiri merupakan sebuah platform yang menjadi salah satu penyedia jasa konsultan terbesar di Indonesia.

 

Acara dilanjutkan dengan seminar yang dipimpin oleh Arie Dwi Putra sebagai moderator yang memimpin jalannya acara. Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan pemberian materi mengenai bussiness development dari Didi Diarsa selaku Founder dari KAYUH dan Co-Founder Codemargonda. Codemargonda sendiri merupakan salah satu wadah untuk mengumpulkan berbagai komunitas sampai sekumpulan orang dengan ide-ide startup. Codemargonda merupakan ruang kerja bersama yang bertujuan untuk memfasilitasi interaksi dan kolaborasi antar kelompok, baik kelompok laba dan kelompok nirlaba. Selain penyediaan ruang kerja, setiap kelompok, komunitas, organisasi, maupun startup akan mendapat bimbingan dari Codemargonda. Mereka menyediakan berbagai program dari mulai meetup, workshop, backsprint, bootcamp, hingga incubation.

DK8rC86V4AEF93f.jpg

 

Mas Didi sendiri berpesan bahwa untuk mengembangkan suatu organisasi maupun startup, diperlukan patner yang sepemikiran, sevisi, dan setujuan. Kemudian, dibutuhkan juga seorang mentor yang dapat membantu memberikan pencerahan atas setiap kondisi yang akan maupun sedang dilalui. Sebagai seorang network collaborator, Mas Didi merasa lebih mudah untuk memiliki koneksi dengan siapapun, dan itu merupakan salah satu modal untuk membangun sebuah komunitas di era teknologi ini.

 

DLBxSd_UEAAGhaK

Melalui CompFest yang rutin diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Komputer ini, Mas Didi berharap akan semakin banyak menstimulus generasi muda untuk mengembangkan usaha sendiri terlebih di bidang informasi dan teknologi. Acara dilanjutkan dengan pemberian plakat dan sertifikat kepada Mas Didi selaku narasumber dan Mas Arie selaku moderator. Pantau terus rangkaian acara CompFest 9 melalui lini masa kami di Facebook @CompFest, Twitter @compfest, dan situs utama kami di compfest.web.id. (Press/Dita)

Seminar CompFest 9: Business Potential With The Transform of Digital to Reality

Sabtu (23/09) telah diadakan seminar “Unleash Business Potential With Augmented Reality” di Aula Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia oleh Senja Lazuardy selaku IT Director dari AR& Co. Dalam seminar ini, Senja membahas tentang perbedaan antara virtual reality dan augmented reality.

CompFest 9, Depok—Pada hari Sabtu (23/09) telah diadakan seminar dengan tema “Unleash Business Potential With Augmented Reality” di Aula Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia. Seminar tersebut menghadirkan pembicara Senja Lazuardy sebagai IT Director dari AR& Co, serta moderator Budi Kurniawan sebagai IT Manager dari AR&Co. Seminar Augmented Reality ini menjadi seminar pembuka dari rangkaian seminar yang diadakan pada tanggal tersebut.

 

Seperti yang telah kita ketahui, dunia Augmented Reality (AR) sudah semakin berkembang dan digunakan di berbagai aktivitas manusia. Namun, definisi AR itu sendiri masih dirasa rancu dengan Virtual Reality (VR). Itulah mengapa Senja membuka seminar tersebut dengan menjelaskan perbedaan antara AR dengan VR.

DKYKGSJUMAAbE9c

Dalam menjelaskan perbedaan tersebut, Senja memberikan contoh AR dan VR melalui dua video yang diputar. Video pertama adalah cuplikan film The Matrix, sedangkan video kedua adalah cuplikan film The Smurf. Kemudian Senja melempar pertanyaan kepada peserta yang manakah VR dan yang manakah AR.

 

Antusiasme peserta sudah terlihat sejak pembukaan seminar tersebut dengan banyaknya peserta yang mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan Senja. Peserta pertama yang diberikan kesempatan sudah dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan benar, yaitu The Matrix adalah VR sedangkan The Smurf adalah AR.

 

“VR adalah ketika kita melihat objek digital di dunia digital, sedangkan AR adalah ketika dunia digital tersebut dibawa ke dunia nyata,” rangkum Senja. Untuk seminar kali ini pun dibahas lebih lanjut mengenai dunia AR tersebut.

DSC01779

Kemudian, Senja juga menjelaskan mengenai metode-metode apa saja yang ada dalam membuat AR, seperti geo-location based tracking dengan contohnya adalah permainan Pokemon Go yang memanfaatkan lokasi untuk mencari objek Pokemon, markerless augmented reality yang saat ini sedang berkembang dengan contohnya adalah face tracking, 3D object tracking, dan motion tracking yang sudah dimanfaatkan di berbagai aplikasi yang ada.

 

Potensi AR ke depannya juga sangat besar dibuktikan dengan banyaknya perusahaan-perusahaan besar seperti Google dan Microsoft yang berinvestasi pada perusahaan AR. Saat ini pun sudah terdapat 1018 perusahaan AR yang sedang berkembang. Pemanfaatan AR di berbagai bidang kehidupan manusia memang sangat membantu dan memudahkan kegiatan-kegiatan manusia.

 

Seminar yang dibawakan oleh Senja pun ditutup dengan video tentang dunia AR ke depannya di mana manusia bisa berinteraksi secara penuh dengan dunia digital di dunia nyata. Senja berharap masyarakat menjadi lebih aware dengan teknologi AR tersebut dan lebih banyak lagi event-event yang mengenalkan teknologi AR tersebut kepada masyarakat. Pantau terus rangkaian acara CompFest 9 melalui lini masa kami di Facebook @CompFest, Twitter @compfest, dan situs utama kami di compfest.web.id. (Press/Ricca) 

Masa Depan Pengembangan Fintech Indonesia Bersama Bapak Rudiantara

Rabu (20/09), bertempat di Main Hall Bursa Efek Jakarta, diadakanlah seminar bertajuk “Masa Depan Pengembangan Fintech di Indonesia”. Dalam seminar ini, hadir Bapak Rudiantara selaku Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang membawakan topik seputar pengembangan infrastrukur di Indonesia untuk mendukung pengembangan FinTech.

CompFest 9, Jakarta – Pada hari Rabu (20/09) telah diadakan Seminar “Masa Depan Pengembangan Fintech di Indoensia” bertempat di Main Hall, Bursa Efek Jakarta. Seminar ini menghadirkan 7 pembicara ahli dengan background teknologi dan finance, termasuk salah satu di antaranya Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Bapak Rudiantara. Seminar ini terdiri dari 2 sesi, sesi pertama membahas tentang “Opportunities and Challenges in Digital Banking” dan sesi kedua membahas “The Future Financial Technology”.

Oppurtinities and Challenges in Digital Banking.

DSC01403

Seminar ini membahas tentang peluang dan tantangan yang ada di dalam digital banking, salah satunya adalah tentang financial technology. Ada 3 pembicara yang hadir yaitu Bapak Yosamartha selaku Team Head Bank Indonesia FinTech Office, Bapak Karim Siregar selaku Chief Information Officer BTPN, dan Bapak Bhima Yudhisitra Adinegara selaku Ekonom INDEF.

Seminar ini diawali dengan Pak Yosamartha yang menerangkan tentang revolusi digital yang telah ada. Digitalisasi telah merevolusi segala aspek kehidupan, dari mulai perbankan, transportasi, kuliner, belanja barang, pengiriman barang, hingga house keeping. Hal tersebut berdampak juga terhadap meningkatnya fintech, yaitu perpaduan antara teknologi dengan fitur jasa keuangan. Menjamurnya fintech didorong oleh perubahan pada muara teknologi keuangan, jika dahulu semuanya terpusat kepada bank (bank-centric), kini kebanyakan justru customer-centric. Di mana fintech dinilai sebagai sesuatu yang lebih simpel dan praktis.

Selanjutnya Pak Karim Siregar menerangkan tentang BTPN yang membagi segmentasi customer. Dengan adanya fintech belum tentu semua orang bisa menerima. Fintech cenderung lebih cocok kepada kalangan consuming class dengan peralatan teknologi yang memadai. Maka untuk dapat mengenalkan fintech pada semua kalangan, strategi BTPN ialah dengan membagi customer menjadi 2 segmen yaitu unbanked segment dan banked segment. Unbaked segment ditujukan untuk kalangan non-consuming class di mana di sini BTPN mencoba mengenalkan BTPN Wow pada masyarakat non-consuming class yang masih terisolir secara teknologi, sementara banked segment ditujukan untuk kalangan consuming class yang menuntut efektifitas.

DSC01549

Di akhir sesi, Pak Bhima menerangkan tentang “Fintech dan Ketimpangannya”. Beliau mengatakan bahwa fintech merupakan sebuah bentuk solusi dari digital banking namun bisa dibilang belum berhasil. Hal ini bisa dilihat dari ketimpangan yang terjadi antara orang kaya dan orang miskin di Indonesia. Masyarakat miskin masih memiliki krisis kredit. Penggunaan fintech yang masih membutuhkan fee untuk mendapatkannya juga membuat fintech jadi terasa mahal khususnya untuk golongan menengah ke bawah. Contohnya ada pada penggunaan e-money di mana setiap pengguna yang mau melakukan topup akan dikenakan fee atau jaminan terhadap kartu. Jika terus menerus dilakukan, hal ini cukup menguras uang. Apalagi pengguna tidak dapat refund di sembarang tempat untuk mendapatkan uang kembali.

 

 

Masa Depan Pengembangan Fintech Indonesia oleh Rudiantara

Dalam seminar kali ini, Bapak Rudiantara membawakan materi berjudul “Masa Depan Pengembangan Fintech Indonesia”. Seperti yang sudah dijelaskan oleh pembicara sebelumnya tentang fintech, menurut beliau kondisi infrastruktur teknologi informasi dan komputer merupakan dasar untuk mengembangkan fintech. Seperti yang kita tahu, bahwa akses internet di Jakarta dan Papua sangatlah berbeda. Maka dari itu, perlu dibangun sebuah inrastruktur yang baik dari segi teknologi informasi. Perlunya sebuah tol informasi yang meratakan throughput di seluruh penjuru Indonesia.

DSC01567

Selain itu, tingkat melek masyarakat terhadap teknologi juga seharusnya matang. Pembelajaran akan teknologi seharusnya ada sebagai kurikulum di SMA. Misalnya keterampilan ngoding yang dijadikan mata pelajaran wajib. Sempat terpikirkan juga oleh Pak Rudiantara untuk membuat sebuah homeschooling for coding. Targetnya adalah lulusan SMP, yang nantinya diberikan beasiswa bagi siswa tersebut agar dapat mempelajari lebih lanjut lagi bidang tersebut.

Pak Rudiantara juga mengatakan bahwa masyarakat Indonesia semestinya harus memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada untuk berbisnis secara online. Bisa dilihat dari 20% bisnis offline yang ada memutuskan untuk bergabung ke bisnis online. Bahkan 80% lainnya langsung mendirikan bisnis online. Hal ini terjadi karena sebenarnya terdapat banyak kesempatan yang bagus untuk mendirikan bisnis online di Indonesia.

Pmerintah juga sebenarnya memiliki target untuk meratakan 4G di Indonesia dengan menjual ponsel 4G harga miring, yaitu 400 ribu rupiah. Namun, hal ini masih terkendala oleh masalah perpajakan yang ada. Biaya layanan data 4G lebih murah dan terjangkau dibandingkan yang lain, tentunya hal tersebut dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat. Di akhir sesi, Bapak Rudiantara sangat mendukung untuk mengembangkan fintech dengan memajukan teknologi, sebagai generasi muda kita harus bersiap untuk menerima segala bentuk perubahan.

 

 

The Future of Financial Techonology

IMG_1433

Seminar sesi kedua bertajuk “The Future of Financial Technology” ini dimulai pukul 13.00 dan diisi oleh 3 pembicara di antaranya Kak Ajisatria Sulaiman selaku Ketua Asosiasi Fintech Indonesia, Bapak Hendrikus Passagi selaku Direktur Pengawasan Fintech dari Otoritas Jasa Keuangan, dan Kak Maulana Ibrahim selaku Head of Operation at Go-Pay.

Dimulai dengan Kak Ajisatria yang menuturkan soal 98 perusahaan teknologi dan 22 lembaga keuangan yang telah menjadi anggota resmi dari FinTech Indonesia. Beliau juga menyatakan bahwa fintech berbeda dengan lembaga keuangan lain. Pembedanya adalah adanya big data. Perusahaan startup menggunakan big data untuk menganalisis transaksi pembayaran, melihat adanya risiko fraud atau penipuan. Namun, hal tesebut tidak lantas membuat fintech sebagai suatu teknologi yang tidak dapat berkoneksi dengan lembaga keuangan lainnya. Fintech memiliki koneksi ke lembaga keuangan lain melalui API (Application Programming Interface). Melalui API, startup fintech dapat melakukan pemrosesan transaksi otomatis atas suatu produk lembaga keuangan.

Selanjutnya seminar diisi oleh Bapak Hendrikus Passagi. Dalam pemberian materinya, beliau sangat mendukung adanya fintech. Pak Hendrikus menyatakan bahwa fintech memiliki banyak potensi di Indonesia. Hal itu dilihat dari banyaknya penggunaan nomor handphone di Indonesia yang menyentuh angka 360 juta nomor, melebihi jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa. Beliau juga menyatakan bahwa fintech juga memiliki potensi untuk mendapatkan pinjaman luar negeri yang tidak terbatas.

Topik selanjutnya adalah tentang Go-Pay, yang diisi oleh Kak Maulana Ibrahim. Beliau mengatakan bahwa saat ini, Indonesia masih dalam bagian transisi dari cash-based transaction ke cashless transaction. Sama seperti yang Pak Hendrikus sampaikan, Kak Maulana juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi dalam bidang fintech. Antusias peserta seminar kali ini sangat terasakan dengan adanya banyak pertanyaan di akhir sesi. Seminar ini pun diakhiri dengan penyerahan plakat kepada para pembicara. Pantau terus rangkaian acara CompFest 9 melalui lini masa kami di Facebook @CompFest, Twitter @compfest, dan situs utama kami di compfest.web.id (Press/Salvira&Alan).

 

IGI Indie Camp: Tidak Semua Game Berdampak Negatif

CompFest 8, Depok – Sabtu (17/9) menjadi hari diselenggarakannya seminar Indie Camp yang tergabung dalam rangkaian acara cabang kompetisi Indie Game Ignite. Indie Camp merupakan seminar yang bertemakan game, terutama indie game.

Sesi pertama seminar diisi dengan talkshow mengenai seluk beluk professional gamer, terutama dari sudut pandang perempuan. Ridha Audrey dan Diana merupakan gamers yang tergabung dalam komunitas Female Fighters. Komunitas yang terbentuk sejak 2010 ini terdiri dari kumpulan gamer wanita yang menekuni game sebagai e-sport. Semua game yang dapat dimainkan oleh dua pemain atau lebih masuk ke dalam kategori e-sport. Di luar negeri, orang yang sedang berkompetisi akan ditampilkan layar permainannya di layar yang lebih besar sehingga para penonton dapat turut menonton jalannya permainan.

dscf0148

Dalam talkshow tersebut, Diana dan Audrey menceritakan suka dan duka sebagai atlet e-sport, terutama sebagai gamer wanita. Kendala-kendala yang mereka hadapi umumnya dikarenakan game dilihat sebagai sesuatu yang negatif, padahal menurut Audrey, banyak hal-hal positif yang bisa didapatkan dengan bermain game. “Game tidak semuanya berdampak negatif, kok. Dari game kita bisa berinteraksi dengan banyak orang, bisa berlatih untuk jadi kompetitif dan bisa bersenang-senang juga,” tambah Diana.

dscf0163

Sesi pertama diakhiri dengan perbincangan tentang bagaimana perkembangan e-sport di Indonesia. Audrey dan Diana sebagai atlet e-sport berpendapat fasilitas dan turnamen e-sport di Indonesia sudah cukup maju dibandingkan beberapa tahun lalu. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah turnamen yang meningkat dengan pool prize yang semakin banyak juga.

dscf0161

Pada sesi kedua, Mega Denditya selaku CEO Chocoarts mengajak peserta seminar untuk mengenal tahapan-tahapan dalam pembuatan game. Chocoarts sendiri merupakan salah satu indie game developer dari Indonesia. Mega memaparkan secara garis besar langkah-langkah pembuatan sebuah game dari pembuatan konsep hingga peluncuran game tersebut di marketplace seperti Steam ataupun Google Play Store.

Menurut Mega, pembuatan game cukup menantang karena cara pembuatannya berbeda-beda tergantung genre, bahkan subgenrenya. Bahkan beberapa genre game yang cukup umum seperti puzzle, action, adventure maupun sandbox memiliki formulasi yang berbeda-beda dalam proses pembuatannya. Rangkaian acara IGI belum selesai. Nantikan sesi final IGI esok hari sebagai penutup dari rangkaian acara kompetisi IGI! 
Untuk informasi lebih lanjut kunjungi website CompFest di compfest.web.id dan terus pantau linimasa kami di twitter @CompFest dan Facebook CompFest untuk informasi lainnya mengenai Indie Game Ignite di CompFest 8. (Alifa/Press CompFest 8)

Impactful User Experience For Better Product Development

Mengutip dari wikipedia.org, user experience adalah sesuatu yang melibatkan emosi dan perliaku seseorang dalam menggunakan sebuah produk, sistem, atau jasa. Pengandaian paling mudah dari user experience adalah perasaan yang didapatkan seorang konsumen saat dan setelah menggunakan sebuah produk, misalnya sepeda.

user experience

Setelah Donald Norman memperkenalkan istilah user experience pada pertengahan 1990-an, istilah tersebut kemudian mulai digunakan untuk mengukur interaksi antara manusia dan komputer yang meliputi website dan aplikasi-aplikasi pada smartphone dan PC. Dahulu, pada saat internet baru memulai keeksisannya di dunia, raksasa teknologi seperti Google dan Yahoo hanya mengedepankan teknologi yang canggih untuk produknya. Namun, setelah perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai pesaing yang terus bertambah jumlahnya, mereka mulai memberikan perhatian besar kepada keinginan konsumen dan bagaimana produk yang merekap ciptakan bisa memberikan pengalaman yang menyenangkan.

Ada beberapa tujuan yang bisa dicapai dengan memperhatikan user experience yaitu kemudahan bagi konsumen, apakah produk tersebut mudah dan efektif dan efisien dalam digunakan.  Faktor lainnya adalah menaikkan kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut dan juga mampu menaikkan penjualan produk.

Pada era dengan persaingan yang sengit seperti sekarang ini, sudah banyak teknik dan tools yang dapat digunakan sebuah perusahaan untuk menerapkan user experience pada produk mereka. Tetapi, yang terpenting dari user experience  sebenarnya adalah bagaimana strategi yang baik yang seharusnya diterapkan untuk mengembangkan produk tersebut.

Ketut Sulistyawati seminar CompFest7Ingin belajar lebih lanjut tentang user experience? Daftarkan dirimu di seminar CompFest7 dengan topik Impactful User Experience For Better Product Development“!  Di seminar ini akan dijelaskan mengenai seluk beluk user experience serta manfaatnya. Seminar ini akan dibawa oleh Ketut Sulistyawati, seorang founder dan Managing Director di Somia Customer Experience. Pendaftaran peserta seminar hanya akan dibuka hingga tanggal 5 September 2015 melalui tautan berikut. Jangan sampai ketinggalan! Pendaftaran seminar ini tidak dipungut biaya apapun, lho!

Untuk info mengenai topik-topik lain yang disajikan di seminar CompFest7, kunjungi Twitter resmi kami di @CompFest, Facebook CompFest, dan situs utama kami di compfest.web.id. (Ardia/Press CompFest7)

Lihat juga topik-topik lain yang disajikan di Seminar CompFest7 di tautan berikut; Seminar CompFest7: Menghadirkan Langsung Pembicara dari Google-nya Negeri Paman Sam.